Jumat, 17 April 2015

Dibalik Keheningan Istana Cipanas

Sejarah Istana

Cikal bakal adanya istana yang kini disebut Istana Kepresidenan Cipanas bermula dari sekitar tahun 1742 tatkala serombongan tentara kompeni melakukan perjalanan turni di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Gustaaf Baron van Imhoff. Ia mendapat laporan dari penduduk tentang adanya sumber air panas yang konon dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Percontohan air panas pun kemudian dibawa ke Batavia dan ternyata diketahui memang air panas bersuhu 43 derajat celcius serta mengandung zat belerang dan zat besi yang mampu menyembuhkan penyakit yang sebelumnya sulit disembuhkan di Batavia. Pada tahun 1743, masa pemerintahan Van Imhoff, dibangunlah gedung kesehatan. Awalnya bangunan ini berupa bangunan pribadi yang dibangun pada tahun 1740 oleh tuan tanah Belanda, Van Heots.

Istana anggun seluas 7.760 meter persegi ini berdiri perkasa diatas tanah seluas 26 ha dan menjadi Istana Kepresidenan tertua. Berada diatas ketinggian 1.100 mdpl, memiliki suhu udara yang sejuk karena temperatur alam pegunungannya yang terkadang mencapai 10 derajat celcius.

Gubernur Jenderal Gustaaf Baron van Imhoff

Kunjungan Bersejarah

Bersyukurlah saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Istana bersejarah ini. Bersama sejumlah staf Corps Diplomatik Kedutaan Besar Swedia di Jakarta, rombongan meninggalkan Ibukota pukul 07:20 WIB. Setelah menempuh perjalanan sekitar 103 km, kami tiba sesuai rencana yaitu pukul 09:30 WIB. Rombongan disambut secara semi formal oleh Kasubbag Rumah Tangga dan Protokol Istana. Setelah beristirahat, fika dan penyerahan cenderamata kepada perwakilan pihak Istana, kunjungan bersejarah pun dimulai dan dipandu oleh Bapak Iwan Rudianto.

Sejauh mata memandang, Istana yang telah berumur ratusan tahun ini berdiri tegak dikelilingi oleh hijau dan rindangnya pepohonan. Arsitektur bangunan kuno berukiran indah dan penataan taman yang cantik dengan berbagai jenis tanaman akan membuat kita tidak berdaya untuk jepret sana-sini bahkan berselfie ria. Protokoler Istana mempersilahkan kebebasan kegiatan ini tapi tidak untuk di dalam Bangunan Induk. Menurut Pak Iwan, hal ini semata-mata demi alasan keamanan dan sudah ada sejak tempat ini dialih fungsi menjadi Istana peristirahatan presiden.

Perjalanan dimulai dari Bangunan Induk yang merupakan gedung terbesar yang dibangun diatas areal seluas 982 meter persegi. Serambi depannya berlantai tinggi dengan sebelas anak tangga. Kedua dinding samping serambi ini ditutup dengan kaca berbingkai timah.

Berpose di serambi Bangunan Induk - Istana Cipanas

Memasuki Gedung Induk, kami disuguhkan pemandangan yang menakjubkan. Ruang tamunya berupa bangunan panggung berlantai kayu dilengkapi dengan perabot dari kekayuan produksi putra putri bangsa. Menurut Pak Iwan, panggung lantai setinggi satu meter tersebut digunakan sebagai penjara bawah tanah pada jaman Belanda dan saat ini dijadikan gudang penyimpanan peralatan jamuan bagi tamu Istana. Warna yang dominan dan karismatik yang menghiasi isi gedung ini adalah kecoklatan, kuning keemasan serta kegading-gadingan. Warna-warna tersebut semakin nyata dibawah terangnya lampu kristal produksi tahun 1900 dari Cekoslovakia dan menyatu dalam hamparan permadani dari Turki yang berwarna merah.

Ruang Tamu Presiden - Istana Cipanas

Melangkah ke bilik selanjutnya adalah Ruang Makan yang juga sering digunakan sebagai ruang pertemuan atau rapat. Ruangan ini mencatat peristiwa sejarah dalam perekonomian Indonesia. Pada tanggal 13 Desember 1965, Ruang Makan ini menjadi saksi mata sebagai tempat Presiden Soekarno memimpin sidang kabinetnya untuk menetapkan perubahan nilai mata uang dari Rp. 1,000 menjadi Rp. 1. Pada akhir tahun 2006, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin Rapat Terbatas bidang Ekonomi. Pada tanggal 1-3 Februari 2010, Presiden SBY kembali memimpin rapat koordinasi beserta para Menteri dan Gubernur seluruh Indonesia.


Ruang Makan - Istana Cipanas
  
Disetiap dinding Gedung Induk bergantung berbagai lukisan karya pelukis-pelukis kenamaan seperti Affandi, M.T. Thamdjidin, Theo Meier. Pelukis Soejono D.S. pernah menghadiahkan lukisan sebagai hadiah ulang tahun ke-57 Presiden Soekarno yang berjudul Jalan Menuju Kaliurang. Keunikan lukisan ini adalah jalan pada lukisan seakan-akan bergerak mengikuti arah dimana kita melihatnya. Ketika saya melihat tepat dari depan maka arah jalan akan menghadap lurus tepat di depan mata, begitu pula ketika saya bergeser kesamping kiri ataupun kanan, tetap berada tepat di depan pandangan mata saya. Jadi, dari arah manapun kita memandangnya, jalan tersebut akan tetap menghadap kita. Karena keunikannya itulah Presiden Soekarno menyebutnya Lukisan Jalan Seribu Pandang. Total lukisan di Istana Cipanas adalah 310 buah, dimana 240 diantaranya adalah koleksi pribadi dari Presiden Soekarno.

Lukisan Jalan Seribu Pandang - Istana Cipanas

Dari ruang lukisan Jalan Seribu Pandang, bergantungan lukisan-lukisan indah lain sepanjang koridor menuju teras belakang gedung. Koridor ini merupakan area dimana terdapat ruang-ruang tidur bagi Presiden, Wakil Presiden, dan putra-putri mereka serta ruang kerja Presiden dan Wakil Presiden.

Koridor Ruang Tidur - Istana Cipanas

Melangkah ke beranda belakang Istana, kita disuguhkan pemandangan yang sangat indah bak lukisan. Halaman taman Istana itu laksana hamparan beludru hijau bertabur aneka bunga dan pepohonan. Rincik abadi dari sumber mata air menambah suasana alam berseri. Puncak Gunung Gede kadang bersembunyi di balik awan, kadang mencuat di balik daun pepohonan besar nan tinggi. Koleksi tanaman di Istana dan hutan Istana sebanyak 1334 spesimen, 171 spesies, 132 marga dan 61 suku. 


Berpose di kolam sumber mata air belakang teras - Istana Cipanas 

Berpose di teras belakang - Istana Cipanas

Meninggalkan Gedung Induk Istana, kami melangkah menuju Pemandian Air Panas. Kami melalui bangunan-bangunan berupa paviliun yang berdiri sama cantiknya di sekitar Gedung Induk. Delapan paviliun didirikan sebagai bangunan tambahan. Tiga diantaranya didirikan bersamaan, yaitu Paviliun Yudhistira, Paviliun Bima dan Paviliun Arjuna pada tahun 1916. Bangunan tambahan diperlukan seiring tuntutan para pemimpin Pemerintah Belanda yang ingin tetirah dan semakin kerap. Demikian pula dengan lima paviliun lainnya yang dibangun bertahap pada tahun 1983; Paviliun Nakula, Paviliun Sadewa, Paviliun Abimanyu, Paviliun Tumaritis I dan Paviliun Tumaritis II. Beberapa paviliun ini diperuntukan untuk para Menteri.


Paviliun Yudhistira - Istana Cipanas

Paviliun Bima - Istana Cipanas

Persinggahan berikutnya adalah Pemandian air panas alam di bagian belakang Gedung Induk. Maslahatnya bagi kesegaran dan kebugaran raga memang sangat alami. Oleh karena itu, untuk menampung limpahan air dari sumber alam tersebut didirikan dua buah bangunan pemandian, yaitu bangunan yang dikhususkan untuk Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya. Yang satu lagi berukuran lebih besar diperuntukan bagi rombongan yang menyertai Presiden dan Wakil Presiden. Sayangnya kami tidak diijinkan untuk memasuki bangunan yang dikhususkan bagi Presiden.

Kolam berendam di tengah bangunan sumber air panas - Istana Cipanas
Kunjungan ke pemandian air panas - Istana Cipanas
Mengistirahatkan kaki di sumber air panas - Istana Cipanas

Meninggalkan pemandian air panas, kunjungan dilanjutkan menuju hutan lindung di belakang kawasan Istana. Menuju kawasan ini, kita melintasi tanaman Bunga Kuku Macan yang tumbuh merambat pada kanopi diatas jembatan dibelakang Gedung Pemandian Air Panas. Tumbuhan tropis ini banyak dikenal di luar negeri sebagai Jade Vine. Berasal dari Papua, tandan bunga ini berwarna cerah, hijau kebiruan. Setiap bunga memiliki ukuran panjang sekitar 2,5 inci.


Kanopi tumbuhan Bunga Kuku Macan - Istana Cipanas

Bunga Kuku Macan - Istana Cipanas

Kami juga melintasi kolam renang yang diperuntukan bagi keluarga Presiden dan Wakil Presiden serta kolam pemancingan. 


Kolam renang - Istana Cipanas

Kolam pemancingan - Istana Cipanas

Sebelum memasuki kawasan hutan lindung, saya dan rombongan menjumpai pohon dengan banyak buah yang menggantung, aneh memang, buah ini tidak menyerupai buah pada umumnya, Kigelia pinnata atau Pohon Sosis tumbuhan ini dikenal. 

Buah dari pohon ini walaupun beracun baik pada saat matang maupun masih mentah, dapat dikeringkan dan difermentasi, lalu digunakan bersama kulitnya untuk meningkatkan rasa bir tradisional. Bijinya dapat dipanggang dan dimakan pada saat kekurangan pangan, sedangkan kayunya yang berkualitas dapat dimanfaatkan untuk membuat pagar, papan, kotak, dan kano.

Tiap bagian dari pohon ini juga bisa dimanfaatkan untuk kesehatan, misalnya dalam pengobatan herbal, berkhasiat untuk mengobati gangguan pencernaan, gangguan pernafasan, luka dan infeksi.

Tidak dianjurkan untuk berada di bawah pohon ini saat berbuah karena buahnya yang bisa mencapai berat sampai 12 kg dapat menyebabkan kerusakan atau cedera yang cukup parah.


Kigelia pinnata - Istana Cipanas

Pose dengan Kigelia Pinnata - Istana Cipanas

Akhirnya sampailah kami di jalan masuk hutan lindung. Kawasan yang bersih dan rapi dengan udara yang sangat menyegarkan yang tidak mungkin ditemukan di Jakarta. Pohon Kayu Manis dan Agathis mendominasi kawasan ini .


Jalan menuju hutan lindung - Istana Cipanas
Selfie di jalan masuk hutan lindung - Istana Cipanas
Laba-laba menghuni hutan lindung - Istana Cipanas
Long march di kawasan hutan lindung - Istana Cipanas

Kami pun menyempatkan untuk melakukan kegiatan team building untuk mengakrabkan kekompakan diantara para staf kedutaan. Kegiatan ini dilakukan disebuah lapangan rumput yang luas dimana pada tepinya banyak terdapat pohon Jati Putih (Gmelina arborea).


Balap karung - Istana Cipanas

Blind eyes - Istana Cipanas

Pohon Jati Putih - Istana Cipanas

Setelah rangkaian team building selesai, acara puncak yang ditunggu pun memasuki waktu penantian, makan siang. Untuk menuju ruang yang telah disediakan, kami masih harus menempuh perjalanan dari kawasan hutan lindung yang tersisa. Melewati istal atau kandang kuda yang memang sedia ada sejak jaman dahulu, rimbunan pohon bambu dan pohon pinus.



Kandang buah - Istana Cipanas

Kawasan bambu - Istana Cipanas

Hutan Pinus - Istana Cipanas

Seperjalanan menuju ruang makan, kami singgah di Gedung Bentol. Sebenarnya, gedung ini berada di belakang Gedung Induk. Lokasinya lebih tinggi daripada gedung-gedung lain dan tampak seakan-akan terpencil. Ini disebabkan oleh letaknya yang berada di lereng gunung. Didirikan pada tahun 1954 oleh arsitek R.M. Soedarsono dan F. Silaban. Nama gedung ini unik, seunik hiasan dindingnya yang dipenuhi bentol-bentol batu kali sebagai hiasan.

Gedung ini digunakan Presiden Soekarno sebagai tempat mencari inspirasi. Tidak banyak perabot, hanya terdapat meja dan kursi tempat Bung Karno dan Ibu Fatmawati meluangkan waktunya disini. Posisi meja dan kursi tersebut menghadap ke jendela kaca dengan pemandangan Gunung Gede.

Gedung Bentol - Istana Cipanas


Meja kerja dan koleksi Bung Karno - Istana Cipanas

Kursi perenungan Bung Karno dan Fatmawati - Istana Cipanas

Koleksi Bung Karno - Istana Cipanas

Laluan terakhir adalah Taman Herbalia yang berada tak jauh dari Gedung Bentol. Pembuatan Taman Herbalia ini dalam rangka pemanfaatan area terbuka serta besarnya manfaat taman herbalia yang perlu diinformasikan kepada masyarakat. Pengerjaan Taman Herbalia seluas kurang lebih 2600 meter persegi ini selesai pada awal bulan Nopember 2009. Saat ini jumlah tanaman herbal yang ada mencapai 270 jenis setelah mendapat sumbangan pada bulan April dari Balitro, IPB, BPOM, dan tim Dokter Kepresidenan RI yang tergabung dalam Persatuan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI).



Taman Herbalia - Istana Cipanas

Saat yang dinantikan pun tiba...jamuan makan siang. Ditempatkan di gedung Taman Herbalia, menu campuran Eropa dan Indonesia tertata apik dalam wadah-wadah penghangat. Diatas meja, peralatan makan telah tersusun rapi dengan beberapa diantaranya berlambangkan burung Garuda Pancasila berwarna emas.


Ruang makan Taman Herbalia - Istana Cipanas

Hidangan makanan Eropa dan Indonesia - Istana Cipanas


Porselen berlogo Garuda Pancasila - Istana Cipanas

Menu pembuka - Istana Cipanas

Poffertjes - Israna Cipanas

Kunjungan berakhir dengan aksi narsis berfoto bebas bersama-sama di depan Gedung Pemandian Air Panas. Perasaan senang, bahagia, nyaman dari hiruk pikuk pekerjaan dan kepenatan Jakarta terluahkan dengan lompatan tinggi, setinggi sejarah perjalanan Istana Cipanas yang telah tertoreh dilangit bumi pertiwi berabad-abad lamanya.


Kebahagiaan bersama - Istana Cipanas

Tepat pukul 14:30, kami pun bergerak meninggalkan Istana Cipanas untuk kembali ke Jakarta. Terima kasih tak terhingga kami tujukan kepada seluruh staf Istana Kepresidenan Cipanas yang telah mendampingi kunjungan berharga ini, terutama Bapak Iwan Rudianto yang telah membantu sedari perijinan kunjungan hingga memandu rombongan.


Hatur nuhun



4 komentar: